Sabtu, 22 Juni 2024

Pernah nggak sih, kamu ngerasa nggak nyambung sama pasangan atau teman dekatmu dalam hal mengungkapkan rasa sayang? Mungkin kamu udah melakukan banyak hal buat mereka, tapi rasanya kayak nggak dihargai. Bisa jadi, kamu dan mereka punya love language yang berbeda. Nah, kali ini kita bakal ngobrolin tentang love language dengan gaya yang santai dan mudah dimengerti. Yuk, simak!

Apa Itu Love Language?

Love language atau bahasa cinta adalah cara seseorang mengekspresikan dan menerima kasih sayang. Konsep ini diperkenalkan oleh Dr. Gary Chapman dalam bukunya "The 5 Love Languages". Menurut Chapman, ada lima jenis love language, yaitu:

  1. Words of Affirmation (Kata-kata Pendukung): Orang dengan love language ini merasa sangat dicintai ketika mendengar kata-kata pujian, apresiasi, atau kata-kata positif lainnya.

  2. Acts of Service (Tindakan Membantu): Mereka yang memiliki love language ini merasa dihargai ketika orang lain melakukan hal-hal yang membantu meringankan pekerjaan atau kehidupan mereka.

  3. Receiving Gifts (Menerima Hadiah): Bukan berarti mereka materialistis, tapi mereka merasa diperhatikan dan dicintai ketika menerima hadiah, baik besar maupun kecil.

  4. Quality Time (Waktu Berkualitas): Mereka yang memiliki love language ini merasa sangat dihargai ketika seseorang meluangkan waktu untuk benar-benar hadir dan berinteraksi dengan mereka.

  5. Physical Touch (Sentuhan Fisik): Orang dengan love language ini merasa dicintai melalui sentuhan fisik, seperti pelukan, ciuman, atau sekadar tepukan di punggung.

Mengapa Penting untuk Mengetahui Love Language?

Mengetahui love language pasangan atau orang terdekatmu bisa membantu kamu berkomunikasi dengan lebih efektif dan membuat mereka merasa lebih dihargai. Misalnya, jika pasanganmu memiliki love language "Quality Time", meluangkan waktu untuk ngobrol atau jalan bareng tanpa gangguan akan membuat mereka merasa dicintai.

Tes Love Language

Kalau kamu penasaran dengan love language kamu atau pasanganmu, kamu bisa coba tes love language secara online. Tes ini akan membantumu mengetahui bahasa cinta utama yang kamu atau pasanganmu miliki.

Penutup

Memahami love language adalah salah satu cara untuk memperkuat hubungan dan memastikan bahwa orang-orang terdekatmu merasa dicintai dan dihargai. Jadi, yuk coba tes love language dan mulai memahami cara terbaik untuk menunjukkan rasa sayangmu!

Itu dia sedikit obrolan kita tentang love language. Semoga bermanfaat dan bisa membantu kamu dalam memahami serta mengekspresikan kasih sayang dengan lebih baik. Jangan lupa share blog ini ke teman-temanmu ya!

Stay loving and be loved! 🌸❤️

Sabtu, 15 Juni 2024

Jangan Sampai Salah Kaprah! Mitos vs Fakta dalam Psikologi

Kita sering banget denger dong, mitos-mitos aneh tentang psikologi. Tapi, beneran semua itu? Atau ada fakta-fakta yang nggak kita tau di baliknya? Nah, mari kita cek satu per satu!

Mitos 1: "Mimpi Buruk Itu Pertanda Buruk"

Pasti kamu pernah denger ini kan? Ada yang bilang, mimpi buruk itu tanda-tanda jelek yang bakal terjadi. Tapi, coba kita pikir lagi. Faktanya, mimpi buruk itu sebenarnya cuma cerminan dari stres atau kecemasan yang kita alami. Bukan ramalan buruk atau sesuatu yang harus kita takuti. Mimpi buruk biasanya adalah cerminan dari ketakutan yang mencuat dari alam bawah sadar kita.

Mitos 2: "Cewek Lebih Emosional daripada Cowok"

Ini juga salah kaprah besar! Gender nggak menentukan seberapa emosional seseorang. Faktanya, setiap individu punya tingkat emosi yang berbeda-beda, dan itu nggak tergantung dari jenis kelamin. Jadi, jangan langsung bilang cewek itu lebih emosional dari cowok ya.

Mitos 3: "Mental Illness Itu Hanya Karena Lemah atau Gila"

Ini mitos yang sangat berbahaya. Banyak yang masih percaya kalo gangguan kesehatan mental itu cuma buat orang-orang yang lemah atau gila. Padahal, fakta-nya, gangguan kesehatan mental itu sama aja kayak penyakit fisik lainnya. Bisa dialami siapa aja, nggak peduli seberapa kuat atau sehat mereka.

Mitos 4: "Seseorang yang Bicara tentang Bunuh Diri Hanya Mencari Perhatian"

Ini salah besar! Ketika seseorang bicara tentang bunuh diri, itu seharusnya dianggap serius. Mereka butuh perhatian dan bantuan kita. Jangan anggap remeh atau abaikan, ya.

Mitos 5: "Psikoterapi Cuma Buat Orang Gila"

Bukan begitu, teman-teman! Psikoterapi itu buat semua orang yang butuh dukungan emosional dan mental. Bukan cuma buat orang gila atau yang udah "terlalu" terganggu. Jadi, kalo kamu butuh bantuan untuk mengatasi stres, kecemasan, atau masalah lainnya, nggak ada salahnya buat mencari bantuan dari psikoterapis.

Nah, itu tadi beberapa mitos yang sering kita denger tentang psikologi. Ingat ya, jangan langsung percaya begitu aja sama mitos-mitos itu. Selalu cek fakta di baliknya! Semoga tulisan ini bisa membantu ngebuka mata kita tentang psikologi yang sesungguhnya. Makasih udah baca, dan sampai ketemu di postingan berikutnya! 🌟

Minggu, 09 Juni 2024

The Three Muskeeter of Mind : Kenalan dengan Id, Ego, dan Superego dari Freud - Bapak Psikologi

Hola!

Kali ini aku mau bahas tentang tiga karakter utama dalam kepala kita ala Sigmund Freud (Bapak Psikologi, aliran psikoanalisa). Tiga karakter utama terbagi menjadi : si Id, si Ego, dan si Superego. Sekarang, mari kita coba gali lebih dalam lagi tentang mereka dan bagaimana mereka berperan dalam kehidupan sehari-hari.

Source : pinterest

Si Id: Aku Pengen Sekarang!

Pertama-tama, mari kita kenalin si Id lagi. Dia itu kayak si kecil dalam diri kita yang pengen semua keinginannya langsung terpenuhi. Nah, ini kadang bisa jadi problem, karena dia nggak peduli sama konsekuensinya atau norma-norma sosial. Contohnya, bayangin lagi kita lagi diet ketat, tapi si Id bilang, "Ah, nggak papa, makan aja satu cokelat!" Dia tuh kayak suara kecil yang pengen instant gratification, tanpa mikir panjang.

Si Ego: Pertimbangan Si Penengah

Nah, sekarang kita punya si Ego. Dia tuh kayak si penengah yang coba ngimbangin antara keinginan si Id sama realitas dunia luar. Jadi, ketika si Id pengen sesuatu, si Ego ini yang bakal mikirin, "Hmm, nih, apa yang paling masuk akal buat dilakuin?" Misalnya, ketika kita pengen beli baju mahal, tapi Ego bisa aja ngomong, "Tunggu dulu, kita masih punya tagihan bulanan yang harus dibayar."

Si Superego: Si Konservatif Moral

Terakhir, kita punya si Superego. Dia itu kayak si penasehat moral di kepala kita. Dia berdasar pada norma-norma dan nilai-nilai yang kita pelajari dari masyarakat sejak kecil. Jadi, ketika kita pengen ngelakuin sesuatu yang nggak sesuai dengan nilai-nilai itu, si Superego bakal berteriak, "Eh, nggak boleh, itu nggak etis!" Misalnya, ketika kita kepikiran buat nipu di ujian, si Superego bakal ngasih tau, "Nggak bisa, itu nggak bener."

Realita Kehidupan Sehari-hari

Sekarang, bagaimana kita bisa lihat mereka bertindak dalam kehidupan sehari-hari? Cobain deh inget-inget, ada situasi apa aja yang bikin kita berpikir dua kali sebelum bertindak. Itu bisa jadi perang antara si Id yang pengen instan gratification, si Ego yang mikirin konsekuensinya, dan si Superego yang ngingetin norma-norma dan moralitas.

Misalnya, ketika kita pengen banget nge-spending lebih buat liburan, tapi Ego kita mikirin duit tabungan kita, dan Superego ngingetin kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. Atau ketika kita pengen ngasih balasan keras kepada seseorang yang udah bikin kita marah, tapi Ego ngasih sinyal buat tenang dulu, dan Superego ngingetin buat bertindak dengan bijaksana.

Jadi, itulah kira-kira peran dan interaksi antara si Id, Ego, dan Superego dalam kehidupan sehari-hari kita. Semoga penjelasan ini bisa bantu kita memahami lebih dalam lagi tentang pikiran kita sendiri. Terima kasih sudah membaca, dan sampai jumpa di tulisan berikutnya! ✨